Tentang Pandangan Mata

Bismillahirrahmanirrahim.....

Kata orang; dari mata turun ke hati. Nah klo udah di hati, harus gimana? Ya hati-hati, eehh #ngaco. Yaah, tapi mau gimana lagi? Intinya kan semua itu memang berawal dari pandangan, mata. Kita bisa menilai sesuatu karena semua berasal dari pandangan mata kita. Tapi tidak bisa dipungkuri sih jika sesuatu yang baik yang dilihat diawal ternyata berbeda dari apa yang jadi kenyataan sebenarnya.


Eeh, eehh, ini ngomongin apaan sih? Jadi gini, postingan kali ini ceritanya mau menanggapi postingan Mak Nur Islah di web KEB yang berjudul Jangan Hanya Menilai yang Tampak Oleh Mata. Baca postingan Mak Islah jadi pengen ikut posting juga. Padahal emang wajib posting karena udah gabung di Collaborative Blogging ini. Lalu, apa kata saya tentang pandangan mata itu?

Klo kata saya sih pandangan mata itu emang kadang semu, semuanya kadang gak sesuai dengan apa yang telah kita fikirkan, meski banyak yang sesuai tapi tak jarang pula ada yang meleset. Contoh kecilnya aja sih klo ke pasar atau ke toko terus lihat barang yang emang udah lama kita incar, duuh perasaan pasti girang gak terkira dong yah. Tapi tanpa kita sadari karena [mungkin] terbuai oleh suasana hati dan bujukan rayu sang penjual, kita jadi gak mikir panjang lagi, cuss deh langsung aja beli. Eehh baru sadarnya ketika pulang ke rumah klo barang tersebut sebenarnya tidak begitu kita butuhkan. Atau mungkin saja barang tersebut ada cacatnya, ada kurangnya, jadilah nyesal yang cuma bisa dirasakan. Emang ya penyesalan itu gak pernah di awal! #eaaaa. 
Gak cuma itu aja sih sebenarnya, pasti sering dong yah kita melihat nenek-nenek tua yang mengemis di lampu merah (boleh ya, sebut lampu merah aja bukan lampu lalu lintas), apa yang terlintas di benak kita? Kasihan, iba, atau cuek saja? Jawaban kembali pada diri sendiri, apa yang kita fikirkan saat itu. Rasanya akan ada yang terbersit juga difikiran kita bilang koq bisa ya? Kemana saja anak-anaknya sampai tega membiarkan orang tuanya mengemis di jalanan seperti itu. Merasakan panasnya terik matahari dan juga dinginnya hujan. 

Tapi kita bakalan kaget deh klo suatu hari tahu bahwa nenek-nenek tua yang biasa kita lihat mengemis di jalanan adalah sebenarnya tidak seperti yang kita bayangkan. Buktinya mereka bisa mentraktir anak cucunya makan di angkringan atau bahkan rumah makan. Lalu kembali lagi muncul pertanyaan, apa yang Anda fikirkan? 😁 Ini sih cerita Tante saya, suatu hari dia jalan ke pasar dan melihat nenek-nenek tua yang biasa dilihatnya di lampu merah sedang mentraktir anak cucunya makan di warung tenda. Gleekk, ternyata oh ternyata. 

Hmm, di Kendari sini tidak hanya di lampu merah sih nenek-nenek tua sering beraksi mencari belas kasih dari warga sekitar. Tapi bahkan ada yang door to door! Begitu lihat pagar rumah atau pintu terbuka lebar, tiba-tiba muncul nenek-nenek tua dengan penampilan yang sangat memprihatinkan sambil membawa karung atau sarung bekas minta beras atau uang seikhlasnya. Katanya sih belum makan. Tapi ternyata uang ataupun beras itu kembali dijual bahkan konon katanya mereka itu berinvestasi dengan emas. Jadilah mereka akan ke pasar dengan menggunakan perhiasan yang dijejer di tangan mereka. Subhanallah! Benar-benar yah. 

Sejak tahu ada cerita yang seperti itu, rasanya saya jadi gemes dan hilang deh rasa prihatin. Duuh maafkan saya Yaa Allah. Padahal sejak kecil loh saya sering melihat aksi nenek-nenek tua yang mampir dari rumah ke rumah seperti itu, dan tidak jarang ada juga yang mampir ke rumah jika lihat pintu pagar rumah kebuka. Aahh sudahlah, mungkin mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan atau mungkin saja mereka terpaksa melakukan itu demi mendapatkan rasa simpati dari orang yang melihatnya, biar lebih mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. 
Yaahh, begitulah pandangan mata. Tidak semua yang kita lihat baik itu emang benar-benar baik, begitupula sebaliknya tidak semua yang kita lihat buruk itu juga buruk adanya. Seperti halnya buah durian, meskipun di luarnya penuh duri tapi di dalamnya berisikan buah yang sangat banyak digemari orang, bahkan sering disebut rajanya buah. Ahh, jadi pengen makan durian deh ihh. Tapi sayangnya sekarang lagi gak boleh, heheheh. 

Anyway, ada yang punya cerita tentang pandangan mata juga kah? Mari berbagi cerita juga yuks 😊




Diah
Next Post Previous Post
10 Comments
  • pulau_ila
    pulau_ila 10:18 PM

    Dimana2 kayaknya begitu mak, pengemis modus.
    Ngomong2 soal pengemis, kemarin sy sempat kesal sama anak2 yang minta2 di pinggir pantai, dikasih duit seribu, bukannya terima kasih malah cemberut hahaha

  • Haeriah
    Haeriah 10:24 PM

    Di Makassar juga semakin banyak yang "menipu pandangan". Tampilan gembel tapi ternyata lebih kaya dari yg ngasih, huhuhu. Ada yg bilang kalau mau ngasih lebih baik langsung ke kaum dhuafa atau lembaga terpercaya aja. Iya juga sih, soalnya kalau gak begitu jumlah mereka akan semakin dan semakin banyak karena ternyata hasil ngemis lebih banyak dari kerja.

  • I am ANDYNA
    I am ANDYNA 12:01 AM

    Dan sekarang, kita pun dinilai dari pandangan timeline sosmednya.

    Nice sharing, Mbak. :))
    www.iamandyna.com

  • Samaratul Qalbi
    Samaratul Qalbi 6:16 AM

    Iyah..bener.. sy jg terlalu sering menilai seseorang Dr tampilan luar. Pdhal kan kt sdh diingatkan don't judge Book by it's cover.Sy beberapa kali salah menilai org krn cm melihat Dr tampilan luar saja

  • Irawati Hamid
    Irawati Hamid 1:34 PM

    saya juga sering tertipu pandangan mata say, apalagi pas ke supermarket rasanya semua barang itu menggoda di mata saya, eeeh pas tiba di rumah baru menyesal kenapa tertipu oleh pandangan mata, huhuhu :(

  • non inge
    non inge 3:16 AM

    Saya dulu juga mikirnya gitu, seperti membudayakan orang malas... tp kalo nenek-nenek atau kakek-kakek gitu saya kadang luluh karena inget ibu dan bapak saya, jadinya saya singkirin aja pikiran itu... Ikhlas ngasih lilahitaAllah... masalah dia buat apa nanti biar itu urusan dia dengan Allah...

  • Ucig
    Ucig 4:54 PM

    Alhamdulillah nggak tertipu saat memilih pasangan hidup yaa 😁😊 hiaaa
    Klo masalah ngelihat dari pandangan mata nggak cukup ya diii, nggak smua bisa dinilai dari luar..

  • CatatanRia
    CatatanRia 2:26 PM

    jadi inget diah ada tetanggaku profesinya mengemis, tapi kalau belanja diwarungku bisa lebih dari 20rb sehari :D hehe kadang apa yg dilihat mata kenyataannya berbeda ya

  • Ika Hardiyan Aksari
    Ika Hardiyan Aksari 8:54 PM

    Aku kalo lihat orang yang sudah tua kok mulung, pasti langsung brebes mili mbak air mataku. Kok ya kasihan banget gitu. Aku malah kepikiran ntar kalau aku sudah tua kayak gimana.

    Kalau masalah pengemis, aku sudah gak respek mbk. Tetanggaku sini banyak yg jadi pengemis mbak di kota. Kalau di desa duh kalau belanja yg dibeli WOW banget. Makan aja milih pakai nasi yang TOP. Lauknya pakai daging. Aku mah lewaaaattt.

  • Ibu Guru Umi
    Ibu Guru Umi 1:24 PM

    Masalah pengemis tua ini kadang jadi dilematis. Satu sisi, gak percaya bvahwa mereka benar-benar gak mampu (suudzon noih). Sisi lain, kasihan lihat mereka panas-panas di jalan.

Add Comment
comment url